Selasa, 31 Agustus 2010

waww..supra x punya gigi 6 speed . .kaya fu aja. .mantab gan .chek this out

2318hal8_supra6speed_boyo1.jpgBukan suatu yang aneh jika tunggangan balap liar sarat dengan trik. Cara smart mencari celah kelemahan motor lawan. Apalagi regulasi motor balap liar itu buram alias nggak jelas seperi balap resmi. Semua motor bisa gas pol.., rem pol...

“Yang penting jenis motor sama atau masih dalam satu varian. Selain itu, tampilan motor harus dominan standar. Tapi balap ini nggak menutup kemungkinan adu beda varian dan tergantung gimana kesepakatannya,” buka Robby Bontot mekanik Bontot Motor Sport di Jl. Amal, No. 37, Pondok Bambu, Jakarta Timur.2319hal8_supra6speed_boyo2.jpg

Makanya biar bisa tarung dengan motor sejenis atau beda varian, Bontot melakukan trik yang bisa dikatakan fenomenal. Pasalnya tuner motor drag resmi ini sukses menggarap Honda Supra X 100 jadi 6 speed atau 2 gigi lebih banyak dari standarnya. Fantastis.

Kenapa fantastis, lantaran kebanyakan mekanik baru bisa melakukan ubahan ini hanya sampai pada tahap 5 speed atau naik 1 gigi. Sementara motor berkapasitas silinder murni 97 cc itu masih bisa tambah 2 gigi lagi. Bagaimana dengan crankcase dan silinder. Apakah alami ubahan yang ekstreme?

2320hal8_supra6speed_boyo3.jpgDiakui Bontot kalau Supra X milik Ronny Ambon memang banyak alami ubahan. Sebab menurutnya, mana mungkin ada penambahan gigi girboks tapi tidak diimbangi pembesaran di ruang crankcase. Mau taruh dimana lagi 2 gir rasio tambahannya.

Hanya saja ubahan kali ini tak sekadar atur ulang lubang dudukan ke-2 poros pegangan gigi rasio. Tapi dengan susunan gigi rasio lebih banyak dan panjang, maka ruang bak mesin diperbesar dengan cara menambah paking aluminium setebal 3 mm di antara blok tengah.

Otomatis tebal paking yang memperluas ruang bak mesin memudahkan Bontot menyusun masing-masing perbandingan gigi. Mulai dari gigi 1 sampai 6 hasil comotan dari masing-masing merek, kemudian disusun di dalam as girboks yang tak mau disebut mereknya itu.2321hal8_supra6speed_boyo4.jpg

“Pokoknya semua pakai perbandingan gigi lebih ringan. Dimulai dari gir primer-sekunder dengan perbandingan (17/67). Lalu gigi satu rasionya (14/47), 2 (17/33), 3 (24/28), 4 (25/24), 5 (23/26) dan gigi ke 6 (25/25),” imbuh mekanik yang memulai karirnya dari joki motor drag bike.

Lalu sebagai penyeimbang ubahan di bak girboks, Bontot juga mengatur ulang posisi batang stut kopling agak pendek lantaran rumah kopling makin maju ke bak mesin.

Dan selain mengatur ulang posisi baut pengangan mesin di rangka, doi juga bilang kalau crankcase sebelah kanan itu comot dari motor Cina (Mona). Lantaran pompa oli jadi satu alias enggak terpisah seperti punya Supra X yang batang pompa olinya melintang di lubang setang piston.

Pantas bisa diisi gigi 6 speed. Dan keuntungannya setelah ruang bak girboks lega, volume silinder bisa dibore up lebih gede lagi dan nggak cuma mentok pakai piston Kawak Kaze.

Maksudnya, sekarang ini pakai silinder blok dan head Yamaha Jupiter-Z. Sedang piston pakai punya Tiger 2000 oversize 200 diameter 65,5mm di setang piston Kawak ZX130. Stroke naik 5 mm setelah adopsi kruk-as Honda Karisma.

“Cuma posisi baut pegangan mesin mesti diatur ulang, terutama ke-4 lubang ulirnya. Dan yang paling banyak digeser adalah jarak baut ke atas. Karena tidak diganjal paking seperti blok tengah,” lanjut Bontot sambil jelasin kalau kaki piston Tiger mesti dipotong biar nggak mentok ke setang piston.

DATA MODIFIKASI

Karburator : TVS Neo 22 mm
CDI : Suzuki Shogun
Rantai keteng : Yamaha Crypton
Sok belakang : YSS
Sok depan : Custom

jupiter pake seher tiger aman coy. . .

over bore up pada yamaha jupiter ternyata masih aman dilakukan,

bore up seperti ini bisa dilakukan untuk segala peruntukan,misalnya

untuk balap liar,drag bike versi event resmi,bahkan motor harian....


untuk balap liar biasanya sangat membantu dalam hal kamuflase,misal untuk balap dengan motor sport,atau mesin 2 tak CC besar....

sedangkan untuk event bisa masuk kelas FFA (free for all) karena CC jupiter ber piston Tiger ini masih dalam batas regulasi yaitu : 3,14 X 3,0 kwadrat X 5,8(STROKE UP) = 189CC,masih aman karena biasanya malah pakai piston izumi tiger diameter 65mm
kendala pada mesin korekan pasti ada,mungkin pada noken As yang pasti berisik,templar yang aus,dan sbagainya...


untuk penggantian piston bila masa oversize mudah dilakukan karena tersedia ukuran2 piston sampai ov.100


crankcase dibubut pada bag tempat boring,setang piston diganti yamaha mio untuk mengikuti pen piston yang 16mm,silinder blok juga ditambah daging aluminium pada bagian kamprat nya agar boring besar bisa masuk,begitu juga dengan KOP,libang In di geser mundur menyesuaikan klep dan sudut klep baru....



sedangkan klep hanya dipotong,dibuatkan alur COTTER,dan di hardenering...

untuk kamprat mudah saja,hanya kanibal dari motor yang kamprat nya kelewat molor...


selamat mencoba......

peraturan helm SNI

akhir-akhir ini masyarakat Indonesia khusus nya Jawa Timur dihebohkan oleh isu bahwa akan diberlakukannya peraturan tentang helm SNI. dari beberapa sumber yang saya ketahui, di Kota Tulungagung (kota Cethe) sudah diberlakukan dan diberi sangsi tegas kepada pelanggar. Tapi aturan ini dirasa masih membingungkan karena masih belum jelas Undang-undangnya.

Salah satu sumber informasi yang saya wawancara mengatakan bahwa beliau pernah ditilang karena memakai helm hadiah(helm hadiah ketika kita membeli sepeda motor) meskipun helem tersebut telah memenuhi aturan keselamatan, jika kita analisa mungkin masih bisa di tolerir , tapi pada kasus yang dialami oleh bu Ida yang ketika itu beliau terkena tilang karena memakai helm bet standar DOT yang kiata tahu merupakan Standarisasi internasional. Apakah aparat Indonesia tidak tahu akan hal ini?

Mari kita renungkan, ada contoh riil di sebuah pabrik helm yang namanya tidak bisa saya sebutkan, pabrik tersebut memproduksi 2 merk helm ternama dengan tingkat kualiatas dan harga yang berbeda pula, katakan saja X lite untuk kualitas 1 dan nolan untuk kualitas 2, kita tahu bahwa nolan merupakan helm impor yang berkualitas lebih jika dibandingkan dengan rata2 helm di Indonesia karena nolan sudah menerapkan standar Snell yang lebih baik daripada DOT, tapi di Indonesia aparat berwajib justru lebih memprioritaskan SNI yang standar nya jauh dibawah Snell dan DOT,mengapa demikian?
Apakah ini hanya trik perdagangan Internasional untuk menjaga produsen lokal?atau justru peningkatan perlindungan konsumen?